Monday, February 18, 2013

KALIMAT “Al Hamdu Lillah”

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa   
Monday, 04 February 2013

Senin, 4 Febuari 2013


Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh 

فَحَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, dan semoga selalu menerangi sanubari kita dengan cahaya cinta dan rindu kepada-Nya dan kepada nabi-Nya, dan semoga kita selalu diberi kesempatan untuk berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam tidur atau jaga kita di dunia dan di akhirat, dan semoga setiap kita telah ditentukan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk dikabulkan hajat-hajatnya di dunia dan akhirat, diterangi dengan cahaya cinta Rabbul ‘alamin, diterangi dengan cahaya pengampunan Allah subhanahu wata’ala, diterangi dengan cahaya kebahagiaan zhahir dan bathin di dunia dan akhirat, demikian anugerah luhur yang sangat diharapkan dan didambakan, akan tetapi hal itu berhak diminta kepada Yang Maha Memiliki segalanya, kepada Yang Maha Mengatur segalanya, kepada Yang Maha Mencipta segalanya, kepada Yang telah menghamparkan alam semesta dari tiada, Yang mewujudkan kita di permukaan bumi sebagai hamba-Nya, dan telah diizinkan untuk masuk ke dalam benteng-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam hadits qudsi :
لَا إِلهَ إِلّا الله حِصْنِيْ فَمَنْ قَالَهَا دَخَلَ حِصْنِيْ وَمَنْ دَخَلَ حِصْنِيْ أَمِنَ مِنْ عَذَابِيْ
“ Laa ilaaha illallah adalah benteng-Ku (Allah), barangsiapa yang membacanya maka ia telah masuk ke dalam benteng-Ku, dan barangsiapa yang telah masuk ke dalam benteng-Ku sungguh ia telah aman dari siksa-Ku”.
Hadits qudsi tersebut juga diperkuat dengan hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
مَنْ قَالَ لَا إِلهَ إِلّا الله خَالِصًا مِنْ قَلْبِهِ دَخَلَ الْجَنَّةَ
“ Barangsiapa yang mengucapkan “Laa ilaaha Illallah” murni (iklhas) dari hatinya maka ia masuk surga”
Dan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari:
مَن اغْبرَّتْ قَدمَاهُ في سَبِيْلِ اللَّهِ حَرَّمَهُمَا اللَّهُ عَلى النَّارِ
“ Barangsiapa yang kedua kakinya terkena debu di jalan Allah, maka Allah haramkan darinya api neraka”
Hadirin yang dimuliakan Allah
Di malam ini kita masih akan menimba dan mendalami kemuliaan makna kalimat “Al Hamdu Lillah”, pujian kepada Allah subhanahu wata’ala yang mana dengan memuji-Nya kita dicintai-Nya dan dihapuskan dosa-dosa dari kita. Puijian kepada Allah dengan kalimat “ Al Hamdu Lillah”, atau kalimat “Subhanallah” atau dengan memadukan keduanya “Subhaanallah Wabihamdih” atau yang lainnya. Kalimat Tasbih (Subhanallah) dan Tahmid (Alhamdu Lillah) memiliki makna yang sama yaitu mengagungkan dan memuji Allah subhanahu wata’ala. Mensucikan nama Allah dengan mengucap kalimat “Subhanallah” adalah bagian dari pujian kepada Allah subhanhahu wata’ala dan bagian dari ucapan “Alhamdulillah”. Begitu juga seluruh perbuatan tasyakuran merupakan bagian dari pujian kepada Allah subhanahu wata’ala atas kenikmatan yang dilimpahkan kepada kita, Sujud syukur merupakan bagian daripada memuji Allah subhanahu wata’ala. Maka segala macam perbuatan syukur adalah merupakan pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan Allah subhanahu wata’ala melipatgandakan kenikmatan bagi hamba yang memuji-Nya dan bersyukur atas nikmat yang diberikan kepadanya, sebagaimana firman-Nya :
لَئِنْ شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِنْ كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِي لَشَدِيدٌ (إبراهيم : 7 )
“Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) bagi kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". ( QS. Ibrahim : 7 )
Allah subhanahu wata’ala berjanji akan melipatgandakan kenikmatan untuk hamba jika ia bersyukur. Adapun ungkapan syukur yaitu dengan memuji Allah subhanahu wata’ala baik berupa perbuatan, ucapan atau dengan sanubari maka kesemua itu adalah termasuk ke dalam makna kalimat luhur “Alhamdulillah”. Semoga kita semua di malam hari ini yang telah Allah masukkan ke dalam samudera “Alhamdulillah”, Allah subhanahu wata’ala melipatgandakan kenikmatan bagi kita dan menjauhkan segala musibah dari kita zhahir dan bathin di dunia dan di akhirat. Allah subhanahu wata’ala berfirman :
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا مِنْكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ ( المجادلة : 11 )
“ (Niscaya) Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antara kalian dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan”. ( QS : Al Mujadilah)
Sayyidina Abdullah bin Abbas Ra dalam menjelaskan makna ayat ini beliau berkata bahwa orang yang beriman dan yang memiliki atau menuntut ilmu akan ditinggikan derajatnya 700 derajat, dimana dalam setiap derajatnya sejauh 300 tahun perjalanan. Maka selayaknyalah bagi kita untuk senantiasa memperdalam ilmu, karena semakin dalam ilmu pengetahuan kita maka akan semakin memahami kemuliaan rahasia-rahasia pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka menjauhi dan meninggalkan perbuatan maksiat adalah merupakan bagian dari makna kalimat “Alhamdulillah”, menyesali atas perbuatan-perbuatan dosa adalah merupakan bagian dari kalimat Alhamdulillah, menyesali setiap kesalahan yang telah lalu serta ingin memperbaiki diri juga merupakan bagian dari makna kalimat “Alhamdulillah”, maka semua perbuatan luhur berpadu dalam samudera “Alhamdulillah”. Sebagaimana yang telah kita bahas di majelis yang lalu bahwa ketika kalimat luhur ini diucapkan maka hal itu akan memenuhi timbangan amal baik seseorang. Oleh karena itu setiap kalimat yang mengandung pujian kepada Allah subhanahu wata’ala yang diantaranya adalah kalimat tasbih “Subhaanallah”, adalah merupakan pujian kepada Allah subhanahu wata’ala karena ucapan tasbih adalah mensucikan Allah subhanahu wata’ala. Allah subhanahu wata’ala Maha Suci dan tidak butuh untuk disucikan, namun dengan kita mensucikan nama Allah subhanahu wata’ala maka Allah akan mensucikan kita, menjauhkan kita dari musibah dan menggantikan musibah yang akan datang dengan anugerah kenikmatan, Allah akan melimpahkan rizki yang luas kepada kita. Disebutkan dalam kitab Adab Al Mufrad oleh Al Imam Al Bukhari dimana Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda bahwa nabiyullah Nuh As berwasiat kepada putra-putranya, dimana diantara mereka ada yang beriman dan ada yang tidak beriman. Maka ketika akan wafat, nabiyullah Nuh As berwasiat kepada putra-putranya yang beriman dengan 2 kalimat yang pertama kalimat “Laa ilaaha Illallah”, karena kalimat luhur itu jika ditimbang dengan seluruh alam semesta niscaya kalimat itu akan lebih berat dari semua alam semesta, dan yang kedua adalah kalimat “Subhaanallah wabihamdihi”, karena kalimat luhur itu adalah merupakan shalatnya seluruh makhluk Allah subhanahu wata’ala, dan dari kalimat tersebut Allah subhanahu wata’ala melimpahkan rizki bagi seluruh makhluk-Nya, rizeki untuk seluruh makhluk-nya ditumpahruahkan dari rahasia pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Muslim:
إِنَّ أَحَبَّ الْكَلاَمِ إِلَى اللهِ تَعَالَى سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ
“ Sesungguhnya ucapan yang paling disenangi oleh Allah subhanahu wata’ala adalah Subhaanallahi Wabihamdih”
Kalimat inilah yang paling disukai oleh Allah subhanahu wata’ala yang mana juga merupakan bagian dari kalimat “Alhamdulillah”. Maka orang-orang yang mengamalkannya, Allah akan memberikan kepadanya hal-hal yang ia inginkan, menjadikan cerah hati dan wajahnya, menjadikan cerah kehidupannya di dunia, wafatnya dan kebangkitannya kelak di akhirat, sebab ia telah menyukai kalimat yang disukai Allah subhanahu wata’ala, sehingga Allah subhanahu wata’ala memberikan kepadanya hal-hal yang ia sukai. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
كَلِمَتانِ خَفِيفَتَانِ عَلَى اللِّسَانِ ، ثَقِيلَتَانِ فِي المِيزَانِ حَبِيْبَتَانِ إلى الرَّحمَن : سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ سُبْحَانَ الله العَظِيم
“ Dua kalimat yang ringan di lisan (diucapkan), berat di timbangan (amal baik), disenangi Allah adalah : Subhaanallah Wabihamdihi, Subhaanallah Al ‘Azhim”
Kita perhatikan rahasia kemuliaan di dalam shalat, ketika ruku’ mengucapkan “Subhana rabbiya al ‘azhiim wabihamdihi”, dan ketika sujud mengucapkan “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi”. Maka kalimat tasbih dan kalimat tahmid tidak lepas dari ruku’ dan sujud ketika shalat, yang merupakan ibadah yang paling luhur. Dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda riwayat Shahih Muslim :
أقْرَبُ ما يَكُونُ العبدُ مِنْ ربِّه وهُوَ سَاجِدٌ
“ Keadaan hamba paling dekat dengan Tuhannya (Allah) adalah ketika ia bersujud”
صَلُّوا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّي
“ Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat”
Adapun bacaan yang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam ajarkan kepada dalam bersujud adalah bacaan “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi”. Dan tentang kalimat ini telah ditanyakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada malaikat Jibril As, dan dijelaskan oleh Al Imam Qurthubi di dalam tafsirnya dengan riwayat yang tsiqah, bahwa malaikat Jibril As berkata kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam barangsiapa yang bersujud dan mengucapkan “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi”, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab :
صَدَقَ عَبْدِيْ أَنَا فَوْقَ كُلِّ شَيْئٍ وَلَيْسَ فَوْقِيْ شَيْئٌ ، أَشْهِدُوْا يَا مَلاَئِكَتِيْ أَنِّي قَدْ غَفَرْتُ لَهُ وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ
“ Benar (apa yang diucapkan) hamba-Ku, Aku (kekuasaan, kekuatan, kemuliaa, keluhuran Allah) diatas segala sesuatu, dan tidak ada sesuatu diatas-Ku (tidak ada sesuatu apapun yang mampu menandingin kekuasaan, kekuatan, keluhuran atau keagungan Allah)”,
Inilah diantara rahasia kemuliaan dari kalimat luhur “Subhaana rabbiya al a’laa wabihamdihi” di dalam sujud, dan merupakan bagian dari kemuliaan kalimat “Alhamdulillah”. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda riwayat Shahih Al Bukhari:
مَنْ قَالَ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحْمْدِهِ فِي اليَوْم مِائَةَ مَرَّةٍ حُطَّتْ خَطَايَاهُ وإنْ كَانَتْ مِثْلَ زَبَدِ البَحْرِ
“ Barangsiapa yang mengucapkan “Subhaanallah Wabihamdih” dalam sehari sebanyak 100 kali, maka dosa-dosanya akan dihapus (oleh Allah) walaupun seperti buih di lautan”
Demikian agungnya rahasia kemuliaan rabbul ‘alamin yang dilimpahkan kepada kita di dalam samudera kalimat “Alhamdulillah”, yang merupakan kalimat yang sangat singkat namun tersimpan di dalamnya rahasia-rahasia yang agung zhahir dan bathin di dunia dan di akhirat, penuntun kepada kesucian serta menjadi modal besar untuk mencapai keridhaan dan cinta Allah subhanahu wata’ala.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjelaskan kepada kita, dengan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ لم يَشْكُرِ النَّاسَ لَمْ يَشْكُرِ اللَّهَ
“Barangsiapa yang tidak bersyukur (berterima kasih) kepada manusia, maka ia tidak/belum bersyukur kepada Allah”
Maka jangan samapi kita memuji Allah subhanahu wata’ala namun melupakan makhluk-Nya. Karena belumlah bersyukur secara sempurna seorang hamba kepada Allah subhanahu wata’ala, jika mereka belum berterima kasih kepada manusia. Terdapan belasan riwayat dalam hadits ini,, yang diantaranya diriwayatkan oleh Al Imam Thabrani dan lainnya dengan makna yang sama yaitu belumlah sempurna syukur seorang hamba kepada Allah jika ia belum bersyukur (berterima kasih) kepada manusia.
Maka jelaslah dari makna hadits ini bahwa pujian kepada manusia adalah bagian dari rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, bagian dari pujian kepada Allah subhanahu wata’ala. Sehingga memuji kepada hamba-hamba Allah yang mulia dan shalih yang menjadi pengantar menuju kenikmatan yang Allah berikan kepada seseorang adalah bagian dari syukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka belum sempurna syukur dan pujian kita kepada Allah subhanahu wata’ala, walaupun dengan ribuan tahun beribadah, sebelum kita berbakti kepada kedua orang tua kita, karena merekalah yang menjadi perantara bagi kehiduapan kita. Sehingga belum sempurna kita memuji Allah subhanahu wat’ala, jika kita belum berterima kasih kepada makhluk yang menjadi perantara dan mengantar kita kepada keridhaan Allah subhanahu wata’ala, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Maka semoga Allah subhanahu wata’ala memberi hidayah orang-orang yang berpendapat bahwa pujian kepada makhluk adalah perbuatan syirik dan kultus. Sungguh hal ini justru memutuskan makna syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, dengan dalil yang jelas riwayat Shahih Al Bukhari dimana ketika orang-orang quraisy mencaci beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga membuat para shahabat merasa sedih, kemudian beliau shallallahu ‘alaihi wasallam berkata bahwa mereka (kuffar quraisy) telah menamakan beliau مذمم : Mudzammam (yang banyak dicaci atau dicela), namun namaku adalah محمد : Muhammad ( yang banyak dipuji ).
Demikianlah hamba yang paling banyak dipuji dan paling berhak dipuji dan paling terpuji yaitu makna dari kalimat “Muhammad”. Maka kalimat ini menjadi dalil yang shahih dan jelas bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri yang memperbolehkan kita ummatnya untuk memuji beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau shallallahu ‘alaihi wasallam telah diberi nama “Muhammad” yaitu orang yang banyak dipuji oleh seluruh makhluk dan banyak dipuji oleh pencipta seluruh makhluk, Allah subhanahu wata’ala. Maka pujian kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah bentuk daripada kesempurnaan syukur kepada Allah subhanahu wata’ala. Maka terputuslah rahasia makna “Alhamdulillah” dan kemuliaannya tanpa kita mencintai sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana sabda beliau shallall ahu ‘alaihi wasallam :
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حتى أَكُونَ أَحَبَّ إليه مِنْ وَلَدِه وَوَالِدِه وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“ Tidak beriman (dengan iman yang sempurna) salah seorang diantara kalian, hingga aku lebih dicintainya daripada anaknya dan kedua orang tuanya, serta dari semua manusia”
Maka kesempurnaan iman seseorang adalah dengan melebihkan sang nabi untuk dicintai dari seluruh makhluk Allah subhanahu wata’ala. Sampai disini sedikit telah kita fahami rahasia samudera kemuliaan kalimat “Alhamdulillah” dari kitab Ar Risaalah Al Jaamiah yang ditulis oleh Hujjatul Islam wabarakatul anam Al Imam Muhammad bin Zen Al Habsyi Ar, yang dikatakan oleh gurunya yaitu Hujjatul Islam Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad sahib Ar Raatib Ar, beliau berkata bahwa salah satu muridnya yang sampai derajat ilmu syariatnya kepada Al Imam As Syafii adalah Al Imam Ahmad bin Zen Al Habsyi. Begitu juga rahasia kemuliaan sanad keguruan adalah merupakan wujud syukur kepada Allah subhanahu wata’ala, dan agar sempurna syukur kita kepada Allah subhanahu wata’ala maka selayaknya kita berpegang kepada tuntunan guru-guru kita sehingga rantai yang tersambung kepada guru-guru mereka sampai kepada pemimpin para guru, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, menjadi rantai kokoh yang tidak akan dapat diputus.
Hujjatul islam Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad, beliau berkata : “Walaupun mereka mengecewakan kami, kami tidak akan mengecewakan mereka”, demikian perkataan beliau kepada murid-muridnya dan kepada ummat ini, jika demikian mulia akhlak Al Imam Abdullah bin ‘Alawy Al Haddad maka terlebih lagi sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang telah digelari oleh Allah subhanahu wata’ala sebagai Rauuf Rahiim (Yang berlemah lembut dan berkasih sayang) kepada hamba-hamba yang beriman, sebagaimana firman-Nya :
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ ( التوبة : 128 )
“Sesungguhnya telah datang kepada kalian seorang rasul dari kalian sendiri, yang teras berat terasa baginya penderitaan kalian, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagi kalian, sangat berlemah lembut dan penyayang terhadap orang-orang mukmin”. ( QS : At Taubah : 128 )
Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala, semoga Allah mencukupkan musibah dari kita zhahir dan bathin, dari wilayah kita, bangsa kita, serta seluruh wilayah muslimin muslimat di barat dan timur, semoga Allah subhanahu wata’ala mengangkat segala penyakit yang menimpa kita dan semua saudara kita zhahir dan bathin, allahumma amin.

Sunday, December 9, 2012

HABIB MUNZIR_SANAD MAHABBAH

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa   
Wednesday, 14 November 2012

Berwudhu Saat Tergesa-gesa
Senin, 05 November 2012

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ : أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَرْسَلَ إِلَى رَجُلٍ، مِنْ الْأَنْصَار،ِ فَجَاءَ وَرَأْسُهُ يَقْطُرُ، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَعَلَّنَا أَعْجَلْنَاكَ، فَقَالَ نَعَمْ، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : إِذَا أُعْجِلْتَ، أَوْ قُحِطْتَ، فَعَلَيْكَ الْوُضُوءُ
(صحيح البخاري)
“Dari Abu Sa’id Al Khudriy ra: Sungguh Rasulullah SAW mengutus untuk memanggil seorang Anshar, maka ia datang dengan wajah yang masih basah dan bertetesan air, maka berkata Nabi SAW: “Tampaknya kami telah membuatmu tergesa gesa?”, ia berkata benar, maka bersabda Nabi SAW: jika kau tergesa gesa maka cukup bagimu wudhu” (untuk sementara sebelum mandi). (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Memiliki dan melimpahkan kebahagiaan dengan kehendakNya kepada makhluk-makhlukNya sepanjang waktu dan zaman, maka hamba-hambaNya melewati kehidupan dan pasti akan menemui kematian. Kehidupan dunia yang fana dan kehidupan akhirat yang kekal adalah milik Allah subhnahu wata’ala Yang Maha Tunggal dan Maha Abadi. Yang mana dengan mengingatNya seorang hamba akan terangkat kepada tangga keluhuran yang lebih tinggi, yang dengan mengingatNya maka seseorang akan semakin terang benderang dengan cahayaNya, cahaya hidayah, cahaya pengampunan, cahaya bimbingan, cahaya kemudahan, cahaya keluhuran, cahaya kasih sayangNya, cahaya cintaNya, cahaya kelembutanNya, cahaya kebahagiaan dunia dan akhirat yang milikNya, cahaya keridhaanNya, cahaya kenikmatanNya, cahaya rahmatNya yang menaungi hamba-hambaNya yang ingin dekat kehadiratNya, maka anugerah-anugerahNya telah siap ditumpahkan untuk mereka di dunia dan akhirat, pengampunan dilimpahkan, keluhuran dilimpahkan, kemuliaan dilimpahkan, kemudahan dilimpahkan, demikianlah keagungan Sang pemilik kerajaan langit dan bumi, Allah subhanahu wata’ala. Nama Yang Maha Beriwabawa, dan nama paling berhak diingat dari semua nama, Yang paling banyak pemberiannya dari yang lainnya. Sungguh beruntung hamba yang senantiasa mengingat dan merenungkan keagunganNya, senantiasa merindukan kelembutan dan kasih sayangnya, namun demikian tidak berarti meremehkan kemurkaanNya, karena Allah juga memiliki kemurkaan, Allah memiliki siksaan, Allah memilki musibah di dunia, musibah di alam kubur, dan musibah di akhirat, Akan tetapi Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Lembut telah menenangkan hamba-hambaNya dengan firmanNya dalam hadits qudsi riwayat Shahih Al Bukhari :
إِنَّ رَحْمَتِيْ تَغْلِبُ غَضَبِيْ
“ Sesungguhnya rahmatKu (kasih sayang) mengalahkan kemurkaanKu”
Terbukti dengan pengampunanNya atas dosa-dosa hamba yang ingin bertobat, terbukti pula dari balasan dari setiap perbuatan baik hamba yang dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali lipat bahkan lebih, sedangkan balasan dari perbuatan dosa hanya dicatat dengan 1 dosa. Tentunya kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala 10 hingga 700 kali lipat bahkan lebih dibandingkan kemurkaanNya. Maka beruntunglah mereka yang selalu berada di gerbang kemuliaan dan keridhaan Allah, yaitu senantiasa berada dalam perbuatan yang diridhai Allah subhanahu wata’ala, namun kerugian yang besar bagi mereka yang memilih pintu kemurkaan Allah subhanahu wata’ala, yaitu kerugian di dunia dan akhirat, sebagaimana firman Allah subhanahu wata’ala :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ ثَوَابَ الدُّنْيَا فَعِنْدَ اللَّهِ ثَوَابُ الدُّنْيَا وَالْآَخِرَةِ وَكَانَ اللَّهُ سَمِيعًا بَصِيرًا
( النساء : 134 )
“Barang siapa yang meninginkan pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena Allah memilki pahala dunia dan akhirat. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat”. ( QS.An Nisaa : 134 )
Allah subhanahu wata’ala lebih kaya raya dari segala sesuatu yang didambakan oleh hamba-hambaNya, Allah subhanahu wata’ala Maha Mampu membalas dan memberi sesuatu lebih dari yang diinginkan seorang hamba. Jika yang diinginkan seseorang hanyalah balasan di dunia, sungguh ia merugi karena Allah subhanahu wata’ala memiliki balasan di dunia dan di akhirat. Maka Allah murka kepada hamba yang hanya meminta balasan di dunia saja, karena yang ia dambakan hanyalah kenikmatan yang bersifat sementara, sedangkan Allah subhanahu wata’ala memiliki kenikmatan dunia yang fana, dana memiliki kenikmatan akhirat yang kekal karena semua kenikmatan adalah milik Allah subhanahu wata’ala dan diberikan kepada semua yang dikehendakiNya. Oleh sebab itu mintalah dan memohonlah kepada Allah agar memberikan kepada kita balasan di dunia dan akhirat.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Saat ini kita masih berada dalam bulan-bulan haram (mulia) yaitu bulan Dzulhijjah, dimana beberapa hari lagi kita akan berpisah dengan bulan mulia ini. Pahala ibadah yang dilakukan di bulan-bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) lebih besar dibandingkan dengan pahala ibadah di bulan-bulan lainnya, kecuali bulan Ramadhan. Mengapa bulan Ramadhan tidak disebut sebagai bulan haram, karena bulan Ramadhan lebih agung dari bulan-bulan haram. Adapun bulan-bulan haram ini, pada mulanya Allah subhanahu wata’ala mengharamkan peperangan di bulan-bulan tersebut, namun jika diperangi oleh musuh pada bulan-bulan tersebut maka hal tersebut diperbolehkan untuk membela diri, meskipun berada pada bulan haram. Saat ini kita masih berada di penghujung bulan Dzulhijjah, dan pahala dari setiap perbuatan baik di bulan ini sangat besar dibanding bulan-bulan lainnya. Dan beberapa hari lagi bulan Dzulhijjah akan berakhir namun kita akan menghadapi bulan Muharram, yang termasuk juga bulan haram. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memperbanyak ibadah di bulan-bulan haram, lebih daripada ibadah di bulan-bulan lainnya, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam lebih lagi memperbanyak ibadah di bulan Ramadhan. Disebutkan dalam riwayat ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah wafat, sayyidina Mu’adz bin Jabal Ra terus menerus mengalirkan air mata tiada henti, maka para sahabat dan tabi’in bertanya kepada sayyidina Mu’adz bin Jabal : “Wahai Mu’adz apa yang membuatmu terus menerus menangis?”, sayyidina Mu’adz bin Jabal berkata : “Bagaimana air mataku bisa berhenti mengalir, sedangkan kelak di akhirat aku harus mempertanggung jawabkan dihadapan Allah atas setiap nikmat-nikmatNya kepadaku, hingga celak mata yang aku gunakan, bahkan setiap debu yang menyentuh tangan dan kakiku”. Demikianlah kepribadian sayyidina Mu’adz bin Jabal, seorang sahabat yang sangat dicintai oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada sayyidina Mu’adz bin Jabal Ra :
يَا مُعَاذُ إِنِّي أُحِبُّكَ في اللهِ فَقُل دُبُرَ كُلِّ صَلَاةٍ : اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“ Wahai Mu’adz sungguh aku mencintaimu karena Allah, maka ucapkanlah setiap selesai shalat “ Allahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatik ( Wahai Allah bantulah aku untuk berdzikir kepadaMu, dan bersyukur kepada Mu, dan menyempurnakan ibadah kepada Mu)”
Sanad Mahabbah ini hingga malam ini masih teruntai kepada kita, yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada sayyidina Mu’adz bin Jabal, yang kemudian beliau sampaikan kepada murid-muridnya, kepada para imam madzhab hingga sampai kepada guru-guru kita kemudian sampai kepada kita. Hadits ini disebut dengan sanad mahabbah (cinta) dari dan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Malam ini saya ijazahkan sanad mahabbah ini dari guru mulia kita Al musnid Al Habib Umar bin Salim Al Hafizh dari guru-guru beliau yang bersambung kepada sayyidina Mu’adz bin Jabal, dan bersambung kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, saya ucapkan : “Saya mencintai kalian karena Allah, maka ucapkanlah setiap selesai melakukan shalat :
اللَّهُمَّ أَعِنِّي عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
“Wahai Allah bantulah aku untuk berdzikir kepadaMu, dan bersyukur kepada Mu, dan menyempurnakan ibadah kepada Mu”.
Katakanlah : “ Qabilnaa Al Ijaazah ( Kami terima ijazahnya )”. Perlu lebih diperjelas akan ijasah ini bahwa doa tersebut bukanlah hal yang wajib dilakukan atau dibaca setiap selesai melakukan shalat fardhu, namun jika kita mengingatnya dan ada kesempatan maka selayaknya tidak kita tinggalkan, jika ada ‘udzur atau terlupa maka sebaiknya di qadha’ agar memperkuat ikatan cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita. Maksud dari ijazah disini adalah ijazah sanad, ijazah silsilah hadits, atau ijazah dzikir yaitu izin dari seorang guru kepada muridnya untuk mengamalkan sesuatu, dimana sang guru telah mendapatkan izin dari gurunya untuk mengamalkan hal tersebut. Sebagian dari amalan tidak perlu lagi dengan ijazah, namun dengan ijazah akan menjadi lebih kuat rantai yang menyambungkan cinta kita kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga sampailah rahasia kecintaan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada kita. Adapun rantai mahabbah ini tidak bisa terputus dalam kehidupan dunia hingga akhirat, maka kita akan selalu berada dalam rantai mahabbah ini, sebab rantai mahabbah yang terkuat ini tidak akan dapat diputus dengan apapun kecuali dengan kekufuran. Semoga kelak di hari kiamat kita tetap berada dalam ikatan rantai orang-orang yang mencintai dan dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, amin allahumma amin. Ketahuilah bahwa cinta Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada ummatnya tidak akan pernah terputus kecuali dengan kekufuran.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Disebutkan dalam sebuah riwayat dan disampaikan oleh guru mulia Al Musnid Al Habib Umar bin Hafizh dalam kitab beliau yang berjudul “Qabas An Nuur Al Mubiin”, bahwa barangsiapa yang tidak peduli dari mana ia mendapatkan rizeki apakah itu halal atau haram, maka orang yang seperti ini Allah subhanahu wata’ala juga tidak peduli ia akan masuk ke dalam api neraka dari pintu yang mana, dan seluruh pintu neraka akan memanggil namanya. Dan tentunya kita selalu menjauhi hal-hal yang haram, namun terkadang kita masih banyak dan sering terjebak dalam hal-hal yang syubhat, yaitu sesuatu yang belum jelas akan halal atau haramnya. Sebagai contoh dalam kehidupan sehari-hari kita sering mengkonsumsi ayam, akan tetapi apakah kita yakin bahwa ayam tersebut disembelih dengan menyebut nama Allah, atau bisa jadi ayam tersebut adalah ayam tiren (mati kemarin) yang merupakan bangkai. Di zaman sekarang ayam tiren sudah banyak tersebar terlebih lagi di Ibukota. Di pasar Induk dalam setiap harinya ratusan ribu ayam yang di supply ke sana, dan dari ratusan ribu ayam tersebut tentunya tidak menutup kemungkinan ratusan diantaranya yang merupakan bangkai. Sebab ayam-ayam tersebut didatangkan dari berbagai tempat yang jauh dari Bogor, Cianjur, Bandung dan lainnya, dimana 1000 atau 500 ekor ayam dapat dimasukkan ke dalam satu truk yang tentunya ada diantara ayam-ayam tersebut yang mati karena terhimpit atau sebab lainnya. Maka jika ratusan ribu yang di supply ke pasar Induk tentunya berjumlah ratusan ekor ayam yang merupakan bangkai. Namun di pasar Induk ayam-ayam bangkai itu masih juga dijual meskipun dengan harga yang murah, karena banyak orang yang membelinya untuk makanan hewan-hewan yang dipeliharanya. Akan hal ini banyak disalahgunakan oleh kebanyakan para penjual, sehingga agar tidak terlihat bahwa ayam tersebut adalah bangkai maka diantara mereka menggunakan cara dengan melumuri ayam bangkai tersebut dengan kunyit supaya ayam itu tetap berwarna kuning. Lantas bagaimana solusinya?, saat ini kita sedang memakmurkan penjualan ayam potong yang jelas-jelas disembelih dengan nama Allah di saat membeli, hingga penjual mengulitinya dan kemudian memberikannya kepada pembeli. Penjualan ayam potong seperti itu sudah dapat kita temui di beberapa tempat di Jakarta. Namun bukan berarti haram hukumnya jika kita membeli ayam potong yang biasa dijual dipasar, namun karena kita tidak mengetahui apakah ayam tersebut disembelih dengan cara yang sesuai dengan syariat Islam atau tidak, dan jika ternyata ayam tersebut adalah bangkai maka orang yang mengkonsumsinya telah terkena barang yang syubhat. Bagaimana mengetahui bahwa hal tersebut syubhat?, hal itu dapat kita ketahui misalnya ketika tiba-tiba kita merasa berat atau enggan dan malas melakukan ibadah yang sudah terbiasa kita lakukan, maka salah satu dari penyebabnya adalah mungkin dari makanan syubhat yang telah masuk ke dalam tubuh kita.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Hadits yang kita baca menjelaskan bahwa sayyidina Abu Sa’id Al Khudri Ra berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam memanggil seseorang dari kaum Anshar, kemudian orang tersebut datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dengan terburu-buru dan terlihat air menetes dari rambut dan wajahnya, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Sepertinya aku telah membuatmu terburu-buru”, lalu ia menjawab : “Betul wahai Rasulullah”, ternyata orang tersebut ketika dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ia dalam keadaan junub dan segera mandi dengan cepat kemudian menemui Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Jika engkau tergesa-gesa maka cukuplah dengan berwudhu”. Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani menjelaskan bahwa yang dimaksud dalam hadits ini bukan berarti tidak perlu mandi junub, akan tetapi jika seseorang dalam keadaan tergesa-gesa karena suatu hal dan belum sempat mandi, maka cukuplah dengan berwudhu dulu. Sebagaimana yang juga dilakukan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika suatu malam beliau shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan maka beliau tidak langsung mandi namun dengan berwudhu saja, bahkan ketika di musim yang sangat dingin beliau hanya melakukan tayammum, kemudia kembali tidur dan melakukan mandi di waktunya mandi. Adapun orang tersebut tergesa-gesa karena dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan ia tidak ingin menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan junub. Sebagaimana juga yang diperbuat oleh sayyidina Abu Hurairah Ra, dimana suatu ketika ia bertemu dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di salah satu gang di pasar, namun Abu Hurairah pergi dan menjauh dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, keemudian setelah beberapa saat Abu Hurairah datang ke rumah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Wahai Abu Hurairah, mengapa engkau menghindar dan menjauh ketika melihatku di pasar?”, maka Abu Hurairah menjawab : “karena ketika itu aku dalam keadaan junub wahai Rasulullah, dan aku tidak ingin berhadapan denganmu dalam keadaan junub” , demikianlah perbuatan para sahabat yang sangat mencintai dan memuliakan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Begitu juga perbuatan pria Anshar tersebut yang tidak ingin berjumpa dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan junub, sehingga ia terlebih dahulu mandi kemudian keluar menghadap Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam keadaan rambut dan wajahnya yang masih sangat basah sehingga air menetes darinya. Dan hal tersebut adalah perintah dari Allah subhanahu wata’ala yaitu untuk segera menjawab panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika dipanggil, sebagaimana firmanNya subhanahu wata’ala :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اسْتَجِيبُوا لِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ
الأنفال : 24 )
“Wahai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasulullah apabila ia menyeru kalian kepada suatu yang memberi kehidupan (keluhuran) kepada kalian”. ( QS. Al Anfal : 24 )
Maka panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga merupakan panggilan dari Allah subhanahu wata’ala, karena beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah utusan Allah subhanahu wata’ala, dan Allah subhanahu wata’ala telah berfirman :
وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَى ، إِنْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَى
لنجم : 3-4 )
“Dan tiadalah yang diucapkannya ( Nabi Muhammad) itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya)”. ( QS.An Najm : 3-4 )
Oleh sebab itu menjawab atau mendatangi panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam hukumnya adalah wajib. Sehingga ketika seorang sahabat sedang melakukan shalat, dan ketika itu dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ia segera mendatangi panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dan dijelaskan oleh Al Imam As Syafi’i dan sebagian imam madzhab lainnya bahwa ketika seseorang sedang melakukan shalat dan di saat itu dipanggil oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian ia menjawab panggilan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam atau melaksanakan perintah beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian ia kembali melakukan shalatnya, maka hal tersebut tidak membatalkan shalatnya, karena perintah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah perintah dari Allah subhanahu wata’ala.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling lemah lembut, ramah dan bijaksana dari semua manusia, dan memang diperintah oleh Allah subhanahu wata’ala untuk berlemah lembut. Dan kelembutan Allah subhanahu wata’ala disampaikan melalui sosok sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang berbicara dan menyampaikan hal itu kepada hamba-hambaNya. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari dan riwayat lainnya dimana ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat seorang anak kecil yang sedang berjalan sendiri, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil anak kecil itu dan berkata : “Apakah anak kecil ini mempunyai ibu?”, kemudian seorang wanita keluar dari kemahnya tergopoh-gopoh ( yang ternyata bocah kecil itu adalah anaknya yang telah hilang) sambil menangis dan berkata : “dia adalah anakku”, kemudian wanita itu memeluk anaknya dengan penuh rasa gembira, sehingga para sahabat yang melihat hal tersebut mereka pun menangis haru melihat kecintaan seorang ibu kepada anaknya. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “Apa yang membuat kalian takjub dan menangis?”, sahabat berkata : “Kecintaan wanita itu kepada anaknya membuat kami terharu sehingga kami menangis”, lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Sugguh Allah subhanahu wata’ala lebih menyayangi dan mencintai hamba-hambanya daripada kecintaan dan kasih sayang wanita itu kepada anaknya”. Juga diriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bercerita kepada para sahabat, jika ada seseorang yang mengumpulkan seluruh hartanya dalam satu tunggangan, onta, keledai atau hewan tunggangan lainnya, kemudian ia pergi dengan membawa hewan tunggangan tersebut, dan di suatu tempat ia berhenti untuk beristirahat atau tidur sejenak, lalu ketika ia bangun dari tidurnya ia tidak mendapati hewan tunggangannya yang di atasnya terdapat semua harta bendanya, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada para sahabat : “Bagaimanakah kesedihan yang dirasakan oleh orang tersebut?”, sahabat menjawab : “Pastilah ia merasa sangat sedih wahai Rasulullah”. Lantas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melanjutkan ceritanya ; kemudian lelaki tersebut mencari hewan tunggannnya itu ke mana-mana sampai ia kelelahan namun tidak juga ia menemukannya, hingga ia duduk dan tertidur karena kelelahan, dan ketika ia terbangun dari tidurnya ia mendapati hewan tunggannnya itu berada dihadapannya, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali bertanya kepada para sahabat : “Bagaimana kegembiraan lelaki tersebut?”, sahabat menjawab : “Pastilah ia merasa sangat senang dan gembira wahai Rasulullah”, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabada : “ Sungguh Allah lebih gembira dari kegembiraan orang tersebut ketika mendapati hambaNya yang berdosa kemudian bertobat dan kembali kepada Allah”. Demikianlah rahasia kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hambaNya. Sungguh Allah subhanahu wata’ala sangat menyambut hamba-hambaNy yang ingin meninggalkan kehinaan menuju tangga-tangga keluhuran. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, dan terdapat lebih dari 20 riwayat, diantara riwayat tersebut terdapat dalam Shahih Al Bukhari, yaitu jika seseorang sedang sakit sehingga ia tidak dapat melakukan perbuatan ibadah yang biasa ia lakukan ketika dalam keadaan sehat, maka Allah subhanahu wata’ala memerintah kepada malaikat untuk mencatat baginya pahala perbuatan baik (ibadah) sebagaimana yang dilakukannya ketika ia dalam keadaan sehat. Seperti jika seorang yang sedang sakit tidak mampu melakukan shalat dengan berdiri, atau tidak dapat melakukan ibadah-ibadah lain seperti shalat tahajjud, atau puasa sunnah dan lainnya dari ibadah-ibadah yang biasa dilakukan ketika ia dalam keadaan sehat, maka Allah subhanahu wata’ala memerintah malaikat untuk mencatat baginya pahala perbuatan-perbuatan yang ditinggalkannya sebab ia sakit, seperti pahala perbuatan yang ia kerjakan dalam keadaan sehat. Demikian rahasia kelembutan dan kasih sayang Allah subhanahu wata’ala terhadap hamba-hambaNya. Selanjutnya kita bermunajat kepada Allah subhanahu wata’ala semoga Allah melimpahkan rahmat dan keluasan zhahir dan bathin, melimpahkan kepada kita kemudahan di dunia dan akhirat, untuk wilayah kita, bangsa kita, dan seluruh ummat Islam di barat dan timur, amin allahumma amin.

HABIB MUNZIR _TAUSIYAH

Ditulis Oleh: Munzir Almusawa   
Thursday, 06 December 2012
Tarbiyah Dalam Keluarga
Senin, 26 November 2012


قَالَ ماَ لِكُ بْنُ الْحُوَيْرِ قَالَ لَنَ رسول الله صلى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ارْجِعُوا إِلَى أَهْلِيكُمْ فَعَلِّمُوهُمْ.
(صحيح البخاري)
Berkata Malik bin Alhuwairits, bersabda pada kami Rasulullah SAW :”Kembalilah pada keluarga kalian, dan ajarilah mereka (Shahih Bukhari)
Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji kehadirat Allah subhanahu wata’ala Yang Maha Luhur, Yang Maha Menerangi jiwa hamba-hambaNya sehingga bersih dari penyakit-penyakit hati. Betapa banyak manusia yang memperhatikan penyakit-penyakit yang zhahir dan senantiasa berusaha mengobatinya sehingga sembuh dari penyakit tersebut, dan tanpa disadari jiwa atau hatinya barangkali penuh dengan penyakit yang sangat berbahaya, dimana penyakit tersebut dapat mengikis amal-amal baik yang ia kerjakan dalam kehidupannya, dan jika hal ini terjadi maka seseorang telah dan akan berada dalam kerugian yang kekal. Maka senantiasa kita memohon kepada Allah Yang Maha menyembuhkan segala penyakit yang zhahir dan yang bathin agar menyembuhkan penyakit-penyakit itu dari diri kita. Sungguh Allah Maha Melihat kita semua yang hadir di malam hari ini sebagai tamu-tamuNya, kita ketahui bahwa selayaknyalah tamu-tamu itu dimuliakan, dan Dialah (Allah) subhanahu wata’ala Maha Mampu memuliakan para tamuNya. Ya Allah pandanglah kami semua yang hadir di malam hari ini, dan lihatlah penyakit-penyakit kami yang zhahir dan yang bathin (hati), lalu sembuhkan dan sucikanlah dengan sesuci-sucinya sebab kesucian hanyalah datang dariMu dengan kehendakMu. Maka beruntunglah lisan yang senantiasa mensucikan nama Allah, beruntunglah sanubari yang senantiasa mensucikan Allah. Allah subhanahu wata’ala Maha Suci dan tidak butuh disucikan oleh makhluk-makhlukNya, namun ketika hamba mensucikan dan mengagungkan nama Allah, maka Allah subhanahu wata’ala akan mengembalikan kepadanya berupa kesucian jiwa dan kesucian dalam kehidupannya di dunia, di barzakh dan di akhirat. Semakin seorang hamba mengagungkanNya maka Allah subhanahu wata’ala juga semakin melimpahkan kemuliaan dan keluhuruan kepadanya. Sebagaimana yang disebutkan dalam hadits qudsi, ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya kepada malaikat Jibril As akan kemuliaan orang-orang yang bersujud kepada Allah subhanahu wata’ala, maka malaikat Jibril berkata bahwa ketika seorang hamba dalam sujudnya mengucapkan “Subhaana Rabbii Al a’laa wabihamdihi”, maka Allah subhanahu wata’ala menjawab:
صَدَقَ عَبْدِي أَنَا فَوْق كُلّ شَيْء وَلَيْسَ فَوْقِي شَيْء اِشْهَدُوا يَا مَلَائِكَتِي أَنِّي قَدْ غَفَرْت لَهُ
“ Benar (perkataan) hambaKu, Aku Maha Luhur dari segala sesuatu, dan tiada sesuatu pun yang menandingi keluhuranKu, saksikanlah wahai para malaikatKu sesungguhnya Aku telah mengampuninya”
Maka disunnahkan untuk mengulang ucapan “Subhaana Rabbii Al a’laa wabihamdihi”, sebanyak tiga kali, karena dengan satu kalimat agung tersebut Allah subhanahu wata’ala menjawab dengan kalimat yang lebih agung, yaitu pengampunan yang diberikan oleh Allah subhanahu wata’ala dan hal itu disaksikan oleh malaikatNya. Demikian agungnya rahasia satu kalimat ringkas yang keluar dari lidah yang digerakkan oleh sanubari untuk mengagungkan dan mensucikan nama Allah subhanahu wata’ala. Dan lebih mulia lagi jika dalam sujud tersebut disertai juga hati yang juga bersujud, dimana makna sujud adalah “ tadzallul wa al inhinaa” merendahkan diri dihadapan Allah subhanahu wata’ala. Sungguh luas pengampunan Allah subhanahu wata’la dan rahmatNya sampai kepada segala sesuatu, dan kita semua termasuk di dalamnya yang mendapatkan kasih sayang dan kelembutan Allah subhanahu wata’ala. Syaikh Ibrahim Al khawwash dalam kitab Ihyaa ‘Ulumuddin, sambil memegang dadanya ia sering berkata :
وَاشَوْقَاهُ لِمَنْ يَرَانِيْ وَلاَ أَرَاهُ
“ Betapa rindunya aku kepada Yang melihatku sedangkan aku tidak melihatNya”
Seindah-indah kehidupan adalah kehidupan hamba yang merindukan tuhan penciptanya Allah subhanahu wata’ala, mengagungkanNya, memuliakanNya, dan mensucikanNya serta mengikuti tuntunan sang pembawa tuntunan kesucian, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Hadits yang kita teriwayatkan dalam Shahih Al Bukhari, dimana dua orang remaja mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Madinah Al Munawwarah dan belajar kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga setelah 20 hari mereka belajar tentang Islam dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, maka ketika itu mereka mulai teringat kepada keluarga dan merindukan mereka, serta ingin segera pulang dan kembali kepada mereka. Dan mereka mendapati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sangat ramah dan berkasih sayang kepada mereka dan menanyakan keadaan keluarga mereka, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “ Kembalilah kepada keluarga kalian dan ajarilah mereka”. Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meneruskan sabda beliau shallallahu ‘alaihi wasallam : “Dan perintahkan mereka untuk melakukan shalat, dan shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku melakukan shalat” . Telah kita dengar sedikit tentang rahasia shalat, yaitu satu kalimat agung yang diucapkan di saat sujud memiliki kemuliaan yang sangat besar, terlebih lagi jika kalimat tersebut diucapkan berulang-ulang. Rahasia keluhuran Allah subhanahu wata’ala sampai kepada ummat ini, dari generasi ke generasi dan masa ke masa dan kita termuliakan sebagai ummat sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dimana mereka telah mendapatkan satu instruksi agung dari Allah subhanahu wata’ala untuk medapatkan keagungan yang diwariskan dari makhluk yang paling agung, sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang telah bersabda :
بَلِّغُوْا عَنِّيْ وَلَوْ آيَةً
“ Sampaikan (ilmu) dariku walaupun hanya satu ayat”
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalany menjelaskan bahwa yang dimaksud bukan hanya satu ayat Al qur’an, namun termasuk juga walaupun satu kalimat dari ilmu-ilmu syariat Islam yang diajarakan oleh nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Kalimat tersebut terbilang sangat singkta, namun demikian hal itu menjadikan kita semua orang yang diberi amanah oleh sang nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, yang mengemban kemuliaan tuntunan dan tanggung jawab sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam serta mewakili Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam untuk menyampaikan tuntunan-tuntunan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam di masa kehidupan kita, yang kita warisi dari guru-guru kita hingga sampai kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini menunjukkan bahwa tugas agung itu diemban oleh semua ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, untuk disampaikan kepada semua manusia baik yang beriman atau yang belum beriman. Maka beruntunglah orang-orang yang mengajari orang lain, baik yang menjadi tanggung jawabnya seperti istri, anak-anak dan keluarganya, atau orang lain yang merupakan teman atau tetangga dan lainnya. Hadits yang kita baca diatas disabdakan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kepada 2 remaja yang mendatangi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, namun hadits tersebut juga ditujukan kepada semua ummat nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam hingga sampai kepada kita di malam hari ini, maka bawalah amanah sang nabi shallallahu ‘alaihi wasallam ini untuk kita sampaikan dan ajarkan kepada keluarga dan orang-orang sekitar kita, tuntunan yang multi sempurna yang ada sejak manusia pertama yang hidup di bumi hingga yang terakhir hidup di muka bumi ini, yaitu tuntunan yang dibawa oleh sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, makhluk yang paling indah dan paling dicintai Allah subhanahu wata’ala serta paling dimuliakan di alam semesta ini. Diriwayatkan di dalam Shahih Al Bukhari :
لَقَدْ كُنَّا نَسْمَعُ تَسْبِيحَ الطَّعَامِ وَهُوَ يُؤْكَلُ
“ Sungguh kami mendengar makanan bertasbih ketika dimakan (oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam”
Allah subhanahu wata’ala memperdengarkan para sahabat suara tasbih makanan, yang menunjukkan bahwa makanan itu memuliakan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Diriwayatkan juga dalam Shahih Al Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melihat sebagian sahabat belum merapikan shaf (barisan) shalat, maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
هَلْ تَرَوْنَ قِبْلَتِيْ هَاهُنَا؟ فَوَ اللهِ لَا يَخْفَى عَلَيََّ رُكُوْعَكُمْ وَلَا سُجُوْدَكُمْ إِنِّي لَأَرَاكُمْ مِنْ وَرَاءِ ظَهْرِيْ.
“ Apakah kalian melihat kemana arah kiblatku?, demi Allah tidak tersembunyi dariku ruku’ dan sujud kalian, sungguh aku melihat kalian dari belakang punggungku”
Al Imam Ibn Hajar Al Asqalani di dalam Fath Al Bari bisyarh Shahih Al Bukhari menjelaskan makna hadits ini, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diberi kekuatan oleh Allah subhanahu wata’ala untuk melihat hal-hal yang tidak terlihat oleh mata, sehingga pandangan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak hanya mampu melihat hal-hal yang berada di hadapannya saja, akan tetapi hal-hal yang berada dibelakang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, bahkan kekhusyua’an dalam hati para sahabat pun terlihat oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kita jika dalam shalat fikiran atau pandang kita melirik ke kiri atau ke kanan maka jauhlah kita dari khusyu’ dalam shalat, akan tetapi berbeda dengan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dimana beliau mengetahui keadaan orang yang shalat di belakang beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, namun beliau tetap berada pada puncak kekhusyu’an, sebagaimana beliau shallallahu ‘alaihi wasallam adalah makhluk yang paling khusyu’ diantara semua makhluk. Demikianlah dalamnya rahasia keluhuran tarbiyah sang nabi yang diberikan oleh Allah kepada beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sehingga beliau dapat melihat kekhusyu’an para sahabat dalam shalat mereka, dan menuntun mereka untuk berada dalam khusyu’ ketika melakukan shalat.
Demikian rahasia kemuliaan nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, dan hal ini terwariskan dari zaman ke zaman, sebagaimana diriwayatkan oleh Al Imam Al Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اِتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ
“Takutlah (hati- hatilah) terhadap firasat orang yang beriman, sesungguhnya dia melihat dengan cahaya Allah”.
Disebutkan di dalam kitab sirah dimana ketika sayyidina Utsman bin Affan Ra didatangi oleh beberapa tamu, maka beliau berkata : “ Salah satu diantara kalian pandangannya telah melakukan zina”, maka diantara para sahabat berkata : “Apakah turun wahyu dari Allah subhanahu wata’ala setelah wafatnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sehingga engkau mengetahui hal-hal yang telah kami lakukan!?’, maka sayyidina Utsman berkata : “ Tidak, bukanlah wahyu akan tetapi hanya firasat, dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
اِتَّقُوْا فِرَاسَةَ الْمُؤْمِنِ فَإِنَّهُ يَنْظُرُ بِنُوْرِ اللهِ
“Takutlah (hati- hatilah) terhadap firasat orang yang beriman, sesungguhnya dia melihat dengan cahaya Allah”.
Sebagaimana juga teriwayatkan ketika sayyidina Umar bin Khattab yang berada di atas mimbar dan menyampaikan khutbah Jum’ah, di pertengahan khutbah beliau berkata :
ياَ سَارِيَةُ الْجَبَلَ
“ Wahai Sariyah (naiklah) ke atas gunung”
Kemudian setelah beberapa lama, pulanglah seorang pemimpin perang yang telah diutus oleh sayyidina Umar bin Khattab ke suatu tempat, lalu ia berkata : “Ketika itu kami (kaum muslimin) berada dalam peperangan dan dalam keadaan yang sangat sulit dan terdesak, lalu ketika itu kami mendengar suara sayyidina Umar bin Khattab yang berkata : “Wahai Sariyah, naiklah ke atas gunung”, lalu kami naik ke atas gunung dan meneruskan peperangan sehingga kami pun mengalahkan musuh-musuh kami”. Padahal ketika itu sayyidina Umar sedang menyampaikan khutbah Jum’ah, namun firasat beliau mampu menembus tempat yang demikian jauh dari beliau radiyallahu ‘anhu, untuk menuntun orang-orang yang diutusnya dalam peperangan. Demikian juga sayyidina Abu Abu Bakr As Shiddiq yang melihat pohon-pohon dan bebatuan yang bersujud kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, dan ketika sampai di Madinah beliau pun melihat seekor kambing yang bersujud kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, kemudian sayyidina Abu Bakr As Shiddiq merobohkan tubuhnya untuk bersujud namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menahannya dan berkata : “Janganlah engkau bersujud kepadaku”, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq berkata : “ Wahai Rasulullah, kami ummatmu lebih berhak bersujud kepadamu daripada seekor kambing”, kemudian Rasulullah shallallau ‘alaihi wasallam bersabda : “ Tidak ada sujud dari manusia kecuali kepada Allah subhanahu wata’ala”. Begitu juga pengagungan dan luapan cinta sayyidina Abu Bakr As Shiddiq kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam terlihat jelas dalam setiap kejadian, bahkan ketika beliau menjadi imam dalam shalat, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam datang maka beliau pun mundur agar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam maju menggantikannya sebagai imam. Dan ketika Fath Makkah Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam bersabda : “ Wahai Abu Bakr, bergembiralah karena ayahmu telah masuk Islam”, maka sayyidina Abu Bakr As Shiddiq pun tersenyum, kemudian kembali menundukkan kepalanya dan mengalirkan air mata, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berakata : “ Wahai Abu Bakr, apa yang telah membuatmu menangis?”, kemudian beliau berkata : “Wahai Rasulullah, aku gembira ketika ayahku masuk Islam, namun ketika aku ingat bahwa ada pamanmu yang telah meninggal dan belum masuk Islam, sungguh jika engkau mengabarkan tentang keislaman pamanmu hal itu lebih membuatku bahagia, karena hal itu lebih membuatmu gembira”. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menangis dan memeluk sayyidina Abu Bakr dan berkata : “Rahimakallah ya Abaa Bakr : Allah melimpahkan kepadamu kasih sayang”. Demikian besarnya cinta para sahabat kepada sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Tuntunan keluhuran telah sampai kepada kita, yaitu untuk menyampaikan dan mengajarkan kepada siapa saja yang dapat kita sampaikan dari kemuliaan, kasih sayang, pengampunan yang ditawarkan Allah subhanahu wata’ala kepada hamba-hambaNya.
Hadirin yang dimuliakan Allah
Beberapa hari lagi adalah kedatangan guru mulia kita Al Musnid Al Arif billah Al Habib Umar bin Salim bin Hafizh, namun hal yang perlu saya sampaikan bahwa acara khutbah Jum’at di Istiqlah dibatalkan, karena kedatangan beliau diundur hingga hari Jum’at atau Sabtu akan tiba di Jakarta. Dan acara rauhah malam Ahad berada di gedung Dalail Al Khairat Komplek Hankam Cidodol setelah shalat Maghrib hingga Isya’, maka bagi jamaah yang punya waktu dan kesempatan bisa hadir untuk shalat jamaah bersama beliau, bermakmum kepada orang yang mulia, yang mana dengan memandang wajahnya seseorang akan menjadi semakin dekat kepada Allah subhanahu wata’ala, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
 أَلَا أُخْبِركُمْ بِخِيَارِكُمْ ؟ قَالُوا بَلَى يَا رَسُول اللَّه قَالَ : الَّذِينَ إِذَا رُءُوا ذُكِرَ اللَّه عَزَّ وَجَلَّ
“ Maukah kalian kuberitahu orang yang terbaik diantara kalian?, mereka menjawab : tentu wahai Rasulullah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata : “mereka adalah orang-orang yang jika kalian melihatnya, mereka berdzikir kepada Allah ‘azza wajalla”
Orang-orang yang siang dan malamnya dilewati dalam khusyu’ kepada Allah subhanahu wata’ala. Guru mulia Al Habib Umar, semakin bertambahnya usia beliau semakin beliau memperbanyak ibadahnya, dan semakin memperbanyak khidmahnya kepada Allah dan RasulNya. Berita yang sampai kepada saya bahwa sejak beberapa bulan yang lalu beliau mengkhatamkan Al qur’an 2 kali di malam hari dan 2 kali di siang hari. Dimana mulai dari jam 02.30 beliau keluar dari rumahnya ke Darul Musthafa dan duduk bersama murid-muridnya yang hafal Al Qur’an untuk membaca Al Qur’an hingga waktu subuh, kemudian beliau melanjutkan ta’lim setelah subuh hingga waktu Isyraq, demikian sekilas dari perjuangan beliau dalam melewati hari-hari dalam kehidupan ini. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala memperbanyak guru-guru yang bisa menjadi panutan ummat seperti beliau, untuk menuntun ummat agar lebih mengenal Allah subhanahu wata’ala dan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian hari Ahad tanggal 2 Desember 2012 jam 08.00 adalah Haul Al Imam Fakhrul Wujud, dan hari Senin malam tanggal 3 Desember 2012 acara bersama Majelis Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di Monas, semoga semua rangkaian acara ini sukses, dilimpahi keberkahan dan keluhuran oleh Allah subhanahu wata’ala zhahir dan bathin, dilimpahi kemudahan bagi kita zhahir dan bathin untuk melewati kehidupan di dunia yang fana ini menuju pada kehidupan yang kekal dan abadi. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala segera menggantikan hujan musibah dengan hujan rahmat, khususnya di kota Jakarta ini yang beberapa hari ini dilanda hujan deras, maka limpahkanlah rahmat dan perlindungan dari segala musibah, dan juga bagi seluruh wilayah muslimin di Barat dan Timur. Dan semoga Allah subhanahu wata’ala melimpahkan hujan rahmat, hujan hidayah, dan pengampunan, dan semoga kita semua termuliakan dalam acara-acara yang luhur dalam kemulian serta keberkahan yang berkesinambungan hingga membuka ribuan pintu kemudahan zhahir dan bathin di dunia dan akhirat.

Tuesday, April 5, 2011

Tausiyah HABIB UMAR BEN HAFEZ

Selasa, 5 April 2011

Tausiyyah Guru Mulia al-Habib Umar: Jalinlah Ikatan Suci Dengan Kaum Sholihin


Jalinlah Ikatan Suci Dengan Kaum Sholihin

Janganlah kalian mensia-siakan persahabatan dengan orang mulia, iaitu orang-orang yang mempunyai kedudukan tinggi di sisi Allah Ta’ala dan RasulNya. Mereka adalah orang-orang yang cahayanya berkilauan. Sinarnya bergemerlapan. Demi Allah …. memisahkan diri dari mereka merupakan suatu kerugian yang sangat besar.

Tidakkah kalian fikir, kerugian tersebut disebutkan oleh pemimpin dari segala pemimpin, iaitu Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم telah bersabda (maksudnya): Celakalah bagi orang yang tidak melihatku pada hari qiamat.

Sesungguhnya orang yang tidak melihat kaum sholihin tidak akan bisa melihat Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Orang yang tidak memandang mereka, tidak akan bisa memandang Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Dan orang yang tidak menjalin hubungan dengan mereka tidak akan bisa berhubungan dengan Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم

Ketahuilah, bahwa kaum sholihin adalah bahagian dari Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka adalah pewaris Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka adalah khalifah Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka adalah pemegang sirr Baginda Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka adalah pemegang sirr setelah kewafatan Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم.
Mereka adalah pewaris rahasia an-Nabawiyyah sepeninggalan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka adalah semulia-mulia perwaris Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Di antara mereka adalah al-Imam al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad al-Haddad رضي الله عنه yang telah disifatkan oleh al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi رضي الله عنه dalam bait qashidah beliau: “Kerananya (Imam al-Haddad) sejuklah hati Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Bagi Baginda  صلى الله عليه وآله وسلمia adalah sebaik-baik keturunannya. Panutan bagi pengikut. Ka’abah (qiblat) bagi orang yang meniti jalan kebenaran dan merupakan kebanggaan bagi penduduk negerinya. Nasihat-nasihatnya menebarkan ilmu pengetahuan. Kasih-sayangnya meliputi semua umat. Darinya, mereka mengambil manfa’at dengan sebaik-baik manfa’at.”

Dalam kesempatan lain, al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi رضي الله عنه menyifatkan al-Imam al-Habib ‘Abdullah bin ‘Alwi bin Muhammad al-Haddad رضي الله عنه dalam untaian syairnya yang begitu indah. Al-Habib ‘Ali mengatakan: “Dialah cucu Nabi صلى الله عليه وآله وسلم yang bersambung nasabnya dengan orang-orang mulia yang kemuliaan mereka dikenal oleh para pejuangan dan pemberani. Dialah penyalur asrar dan ilmu kepada keluarga, keturunan, penduduk negerinya, bahkan kepada umat generasi sesudahnya. Maka semua yang bersuluk dengannya akan bersinar dengan cahaya bilau yang terang benderang.”
Cahaya ini tak akan padam dan tak akan sirna. Mengapa? Sebab, Allah Ta’ala lah yang menyalakannya! Itulah sebabnya cahayanya terus bersinar dan kian memancar. Siapakah yang mampu memadam cahaya yang telah dinyalakan oleh Allah Ta’ala? Demi Allah! Cahaya itu tidak akan padam dan takkan pernah sirna selamamana Allah Ta’ala yang menjaganya.

Namun sungguh menyedihkan, di antara kita (yakni para ‘Alawiyyin dan keturunan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم) terdapat orang-orang yang terhalang dari cahaya itu. Mereka adalah orang-orang yang enggan masuk ke dalam golongan itu. Bahkan sangat disayangkan, justru mereka masuk ke dalam kelompok lain. al-Imam al-Habib ‘Ali bin Muhammad bin Hussin al-Habsyi رضي الله عنه berkata: “Siapa tidak menempuh jalan leluhurnya pasti akan bingung dan tersesat. Wahai anak-cucu Nabi صلى الله عليه وآله وسلم tempuhilah jalan mereka, setapak demi setapak dan jauhi segala bid’ah.”

Siapakah yang lebih mengenal Allah Ta’ala dibandingkan para kaum ‘arifin? Siapakah yang lebih mengetahui hakikat Rabbul ‘Alamin dibandingkan dengan imam-imam kita? Siapakah yang lebih mengenal Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dibanding mereka? Selain mereka, kepada siapa kita akan bercermin? Kepada siapa kita akan berteladan?

Wahai hamba-hamba Allah, pelajarilah riwayat hidup kaum sholihin. Jalinlah persaudaraan dan kasih-sayang dia antara kalian. Jangan kalian bercerai berai. Bersiap-siaplah menolong jalan mereka. Demi Allah! Jalan mereka tersebar, bendera mereka berkibar. Bukan di negara kalian sahaja, namun diseluruh penjuru dunia. Di belahan dunia, timur mahupun barat. Bagi masyarakat ‘Arab mahupun ‘Ajam (non-‘Arab). Baik di Jaziarah ‘Arab, Amerika, Eropah, Rusia, Asia, China ataupun Indonesia ini.

Di sana bendera keluarga al-Imam al-Habib ‘Alwi bin ‘Ubaidullah bin Ahmad al-Muhajir رضي الله عنه telah berkibar. Di segala penjuru, bendera keluarga al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin ‘Ali Ba’Alawi رضي الله عنه telah berkibar. Di setiap wilayah, kita pasti akan melihat bendera ahli thariqah ini (yakni thariqah ‘Alawiyyah). Mereka memiliki para tentera dan penolong yang berkedudukan tinggi disisiNya. Namun saat ini, di antara para tentera dan penolong itu ada yang tidur, bahkan mereka nyenyak dalam tidurnya. Ada di antara mereka yang hanya duduk berpangku tangan (berpeluk tubuh) dan terus duduk sahaja.

Cukuplah wahai saudaraku! Sudah banyak kita melihat orang-orang yang terlambat dan tertinggal. Bangkitlah wahai saudataku! Sampai kapan kalian akan tidur? Sampai kapan kalian akan terus berpeluk tubuh? Amatilah! Apakah perjalanan hidup mereka telah diterapkan dirumah-rumah kalian? Apakah mereka sudah menjadi teladan dalam keluarga kalian? Apakah mereka telah menjadi panutan bagi anak dan isteri kalian?

Bagaimana kalian ini? Kalian mengaku cinta dan memiliki ikatan dengan mereka, namun di rumah kalian setiap harinya yang terdengar hanyalah berita mengenai orang-orang kafir. Hanya menyimak khabar dari orang-orang fasiq dan gossip para bintang filem?????!!!! Setahun penuh tidak pernah ada berita mengenai salaf!!! Apakah ini yang disebut cinta????? Apakah ini yang dikatakan memiliki ikatan kekeluargaan????
Jubah Sayyidatuna Fathimah az-Zahra عليها السلام
Sungguh ironis sekali!!!! Saat ini sinetron, orang-orang fasiq dan orang-orang kafir lah yang mendidik anak-anak kita. Pemandangan itu yang menjadi hiasan dalam keluarga kita. Betapa banyak anak perempuan kita yang meniru wanita-wanita fasiq di TV, baik dari cara berpakaian, cara bergaul dan sebagainya. Sehingga mereka itdak mengenal lagi siapa Fathimah az-Zahra عليها السلام. Siapakh beliau? Bagaimana biografi beliau? Seperti apa pakaian beliau? Bagaimana kezuhudannya? Bagaimana ibadahnya? Saat ini mereka tidak lagi mengenal puteri-puteri Nabi Muhammad صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka tidak tahu siapa itu Zainab, Ummu Kultsum, Ruqayyah. Mereka juga tidak tahu isteri-isteri Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Mereka tidak lagi mengenal siapa itu Khadijah binti Khuwailid عليها السلام, ‘Aisyah ash-Shiddiqah عليها السلام dan lain-lain. Bagaimana ini boleh terjadi? Wahai para kepala keluarga! Bagaimana kalian mendidik anak-anak kalian? Dengan figur siapa kalian memberikan contoh kepada puteri-puterimu?

Apakah kalian berniat menggantikan Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم dengan mereka? Teladan apakah yang telah kalian berikan kepada keluarga dan anak-anak kalian? Kalian meniru orang-orang durhaka, padahal kalian adalah mu’min. sesungguhnya kalian telah memiliki kebesaran, kebanggan dan kemuliaan. Namun mengapa kebesaran, kebanggaan serta kemuliaan itu kalian tukar dengan orang-orang yang jauh dari Allah dan RasulNya

Sungguh, kalian telah menggantikan teladan yang telah diredhai Allah Ta’ala dan RasulNya untuk kalian. Apakah kalian lupa akan firman Allah Ta’ala di dalam al-Quran:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ
Ertinya: Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan yang baik (Surah al-Ahzab: 21)

Wahai saudaraku, tanamlah dalam hatimu untuk berubah dari semua ini. Kembalilah pada jalan yang telah diteladankan oleh Rasulullah صلى الله عليه وآله وسلم. Dalam buku catatan ‘amal kita tertulis kata-kata yang tidak patut, pandangan yang tidak layak, dan niat yang tidak pantas (selayaknya). Jikalau demikian, maka siapakah yang akan menghapuskannya? Bertaubatlah kepada Allah Ta’ala, kerana Dialah yang menerima segala taubat dari hamba-hambaNya dan Dialah yang memaafkan segala kesalahan-kesalahan para hambaNya. Wallahu a’lam.

Artikel di atas dipetik dan disalin semula dari buku CAHAYA HATI: NASEHAT & MUTIARA HIKMAH AL-HABIB UMAR BIN HAFIDZ. Sila dapatkan buku ini. Di dalamnya terkandung beberapa tausiyyah yang diberikan oleh Guru Mulia al-Habib ‘Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafidz ibn Syeikh Abu Bakar bin Salim, yang telah diterjemahkan di dalam bentuk tulisan. Banyak nasehat dan kata-kata hikmah Guru Mulia yang dapat kita hayati.  Untuk mendapatkannya, sila ke Pustaka as-Sunnah.

Friday, March 11, 2011

HIKMAH KEMATIAN

Kehidupan berlangsung tanpa disadari dari detik ke detik. Apakah anda tidak menyadari bahwa hari-hari yang anda lewati justru semakin mendekatkan anda kepada kematian sebagaimana juga yang berlaku bagi orang lain?
Seperti yang tercantum dalam ayat “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan.” (QS. 29:57) tiap orang yang pernah hidup di muka bumi ini ditakdirkan untuk mati. Tanpa kecuali, mereka semua akan mati, tiap orang. Saat ini, kita tidak pernah menemukan jejak orang-orang yang telah meninggal dunia. Mereka yang saat ini masih hidup dan mereka yang akan hidup juga akan menghadapi kematian pada hari yang telah ditentukan. Walaupun demikian, masyarakat pada umumnya cenderung melihat kematian sebagai suatu peristiwa yang terjadi secara kebetulan saja.
Coba renungkan seorang bayi yang baru saja membuka matanya di dunia ini dengan seseorang yang sedang mengalami sakaratul maut. Keduanya sama sekali tidak berkuasa terhadap kelahiran dan kematian mereka. Hanya Allah yang memiliki kuasa untuk memberikan nafas bagi kehidupan atau untuk mengambilnya.
Semua makhluk hidup akan hidup sampai suatu hari yang telah ditentukan dan kemudian mati; Allah menjelaskan dalam Quran tentang prilaku manusia pada umumnya terhadap kematian dalam ayat berikut ini:
Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang gaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. 62:8)
Kebanyakan orang menghindari untuk berpikir tentang kematian. Dalam kehidupan modern ini, seseorang biasanya menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang sangat bertolak belakang [dengan kematian]; mereka berpikir tentang: di mana mereka akan kuliah, di perusahaan mana mereka akan bekerja, baju apa yang akan mereka gunakan besok pagi, apa yang akan dimasak untuk makan malam nanti, hal-hal ini merupakan persoalan-persoalan penting yang sering kita pikirkan. Kehidupan diartikan sebagai sebuah proses kebiasaan yang dilakukan sehari-hari. Pembicaraan tentang kematian sering dicela oleh mereka yang merasa tidak nyaman mendengarnya. Mereka menganggap bahwa kematian hanya akan terjadi ketika seseorang telah lanjut usia, seseorang tidak ingin memikirkan tentang kematian dirinya yang tidak menyenangkannya ini. Sekalipun begitu ingatlah selalu, tidak ada yang menjamin bahwa seseorang akan hidup dalam satu jam berikutnya. Tiap hari, orang-orang menyaksikan kematian orang lain di sekitarnya tetapi tidak memikirkan tentang hari ketika orang lain menyaksikan kematian dirinya. Ia tidak mengira bahwa kematian itu sedang menunggunya!
Ketika kematian dialami oleh seorang manusia, semua “kenyataan” dalam hidup tiba-tiba lenyap. Tidak ada lagi kenangan akan “hari-hari indah” di dunia ini. Renungkanlah segala sesuatu yang anda dapat lakukan saat ini: anda dapat mengedipkan mata anda, menggerakkan badan anda, berbicara, tertawa; semua ini merupakan fungsi tubuh anda. Sekarang renungkan bagaimana keadaan dan bentuk tubuh anda setelah anda mati nanti.
Dimulai saat anda menghembuskan napas untuk yang terakhir kalinya, anda tidak ada apa-apanya lagi selain “seonggok daging”. Tubuh anda yang diam dan terbujur kaku, akan dibawa ke kamar mayat. Di sana, ia akan dimandikan untuk yang terakhir kalinya. Dengan dibungkus kain kafan, jenazah anda akan di bawa ke kuburan dalam sebuah peti mati. Sesudah jenazah anda dimasukkan ke dalam liang lahat, maka tanah akan menutupi anda. Ini adalah kesudahan cerita anda. Mulai saat ini, anda hanyalah seseorang yang namanya terukir pada batu nisan di kuburan.
Selama bulan-bulan atau tahun-tahun pertama, kuburan anda sering dikunjungi. Seiring dengan berlalunya waktu, hanya sedikit orang yang datang. Beberapa tahun kemudian, tidak seorang pun yang datang mengunjungi.
Sementara itu, keluarga dekat anda akan mengalami kehidupan yang berbeda yang disebabkan oleh kematian anda. Di rumah, ruang dan tempat tidur anda akan kosong. Setelah pemakaman, sebagian barang-barang milik anda akan disimpan di rumah: baju, sepatu, dan lain-lain yang dulu menjadi milik anda akan diberikan kepada mereka yang memerlukannya. Berkas-berkas anda di kantor akan dibuang atau diarsipkan. Selama tahun-tahun pertama, beberapa orang masih berkabung akan kepergian anda. Namun, waktu akan mempengaruhi ingatan-ingatan mereka terhadap masa lalu. Empat atau lima dasawarsa kemudian, hanya sedikit orang saja yang masih mengenang anda. Tak lama lagi, generasi baru muncul dan tidak seorang pun dari generasi anda yang masih hidup di muka bumi ini. Apakah anda diingat orang atau tidak, hal tersebut tidak ada gunanya bagi anda.
Sementara semua hal ini terjadi di dunia, jenazah yang ditimbun tanah akan mengalami proses pembusukan yang cepat. Segera setelah anda dimakamkan, maka bakteri-bakteri dan serangga-serangga berkembang biak pada mayat tersebut; hal tersebut terjadi dikarenakan ketiadaan oksigen. Gas yang dilepaskan oleh jasad renik ini mengakibatkan tubuh jenazah menggembung, mulai dari daerah perut, yang mengubah bentuk dan rupanya. Buih-buih darah akan meletup dari mulut dan hidung dikarenakan tekanan gas yang terjadi di sekitar diafragma. Selagi proses ini berlangsung, rambut, kuku, tapak kaki, dan tangan akan terlepas. Seiring dengan terjadinya perubahan di luar tubuh, organ tubuh bagian dalam seperti paru-paru, jantung dan hati juga membusuk. Sementara itu, pemandangan yang paling mengerikan terjadi di sekitar perut, ketika kulit tidak dapat lagi menahan tekanan gas dan tiba-tiba pecah, menyebarkan bau menjijikkan yang tak tertahankan. Mulai dari tengkorak, otot-otot akan terlepas dari tempatnya. Kulit dan jaringan lembut lainnya akan tercerai berai. Otak juga akan membusuk dan tampak seperti tanah liat. Semua proses ini berlangsung sehingga seluruh tubuh menjadi kerangka.
Tidak ada kesempatan untuk kembali kepada kehidupan yang sebelumnya. Berkumpul bersama keluarga di meja makan, bersosialisasi atau memiliki pekerjaan yang terhormat; semuanya tidak akan mungkin terjadi.
Singkatnya, “onggokkan daging dan tulang” yang tadinya dapat dikenali; mengalami akhir yang menjijikkan. Di lain pihak, anda – atau lebih tepatnya, jiwa anda – akan meninggalkan tubuh ini segera setelah nafas anda berakhir. Sedangkan sisa dari anda – tubuh anda – akan menjadi bagian dari tanah.
Ya, tetapi apa alasan semua hal ini terjadi?
Seandainya Allah ingin, tubuh ini dapat saja tidak membusuk seperti kejadian di atas. Tetapi hal ini justru menyimpan suatu pesan tersembunyi yang sangat penting
Akhir kehidupan yang sangat dahsyat yang menunggu manusia; seharusnya menyadarkan dirinya bahwa ia bukanlah hanya tubuh semata, melainkan jiwa yang “dibungkus” dalam tubuh. Dengan lain perkataan, manusia harus menyadari bahwa ia memiliki suatu eksistensi di luar tubuhnya. Selain itu, manusia harus paham akan kematian tubuhnya - yang ia coba untuk miliki seakan-akan ia akan hidup selamanya di dunia yang sementara ini -. Tubuh yang dianggapnya sangat penting ini, akan membusuk serta menjadi makanan cacing suatu hari nanti dan berakhir menjadi kerangka. Mungkin saja hal tersebut segera terjadi.
Walaupun setelah melihat kenyataan-kenyataan ini, ternyata mental manusia cenderung untuk tidak peduli terhadap hal-hal yang tidak disukai atau diingininya. Bahkan ia cenderung untuk menafikan eksistensi sesuatu yang ia hindari pertemuannya. Kecenderungan seperti ini tampak terlihat jelas sekali ketika membicarakan kematian. Hanya pemakaman atau kematian tiba-tiba keluarga dekat sajalah yang dapat mengingatkannya [akan kematian]. Kebanyakan orang melihat kematian itu jauh dari diri mereka. Asumsi yang menyatakan bahwa mereka yang mati pada saat sedang tidur atau karena kecelakaan merupakan orang lain; dan apa yang mereka [yang mati] alami tidak akan menimpa diri mereka! Semua orang berpikiran, belum saatnya mati dan mereka selalu berpikir selalu masih ada hari esok untuk hidup.
Bahkan mungkin saja, orang yang meninggal dalam perjalanannya ke sekolah atau terburu-buru untuk menghadiri rapat di kantornya juga berpikiran serupa. Tidak pernah terpikirkan oleh mereka bahwa koran esok hari akan memberitakan kematian mereka. Sangat mungkin, selagi anda membaca artikel ini, anda berharap untuk tidak meninggal setelah anda menyelesaikan membacanya atau bahkan menghibur kemungkinan tersebut terjadi. Mungkin anda merasa bahwa saat ini belum waktunya mati karena masih banyak hal-hal yang harus diselesaikan. Namun demikian, hal ini hanyalah alasan untuk menghindari kematian dan usaha-usaha seperti ini hanyalah hal yang sia-sia untuk menghindarinya:
Katakanlah: “Lari itu sekali-kali tidaklah berguna bagimu, jika kamu melarikan diri dari kematian atau pembunuhan, dan jika (kamu terhindar dari kematian) kamu tidak juga akan mengecap kesenangan kecuali sebentar saja.” (QS. 33:16)
Manusia yang diciptakan seorang diri haruslah waspada bahwa ia juga akan mati seorang diri. Namun selama hidupnya, ia hampir selalu hidup untuk memenuhi segala keinginannya. Tujuan utamanya dalam hidup adalah untuk memenuhi hawa nafsunya. Namun, tidak seorang pun dapat membawa harta bendanya ke dalam kuburan. Jenazah dikuburkan hanya dengan dibungkus kain kafan yang dibuat dari bahan yang murah. Tubuh datang ke dunia ini seorang diri dan pergi darinya pun dengan cara yang sama. Modal yang dapat di bawa seseorang ketika mati hanyalah amal-amalnya saja.

Sumber dari :http://www.harunyahya.com/indo/artikel/042.htm


CERITA TENTANG KEMATIAN SAUDARAKU

1) Siti Mislikah Binti Mohd Nor

   Nama diatas adalah kakak kandung ku yang mengidap penyakit buah pinggang, waktu itu aku berusia   13 tahun dipetang hari ia meminta bantuanku untuk mengurut betisnya yang kebas ,dalam kelekaan aku mengurut betis kakaku tiba2 dia melontarkan penyataan yang tak mampu aku jawab;    YUS'''  KALAU BESOK AKU MATI KAU JANGAN MENANGIS..............kata kata yang tak mungkin aku lupakan. Namun kenyataan yang harus aku terima pada keesokan harinya sedang aku mengurut kakinya tiba2 dia meraung kasakitan yang teramat sangat ...aku yang telah diberi amanat semalam dan hanya mampu terdiam (aku keluar dari rumah tak sanggup melihatnya menaggung kesakitan) selapas mendapatkan adik2 aku kembali ternyata kakaku telah selamat berhadapan dengan sakaratul maut petang itu.

2)Baharin Bin Kamarulzaman

Pada tahun 1995 ,setelah sekian lama tidak berjumpa sahabat karib datang bertandang kerumah menyatakan rindu dan hasratnya membawa aku berjalan2 disekeliling kampung katanya; YUS''AKU RINDU LAMA sudah tidak bertemu...tak sangka sahabat ku melepaskan rindu terakhirnya pada ku kerana terlibat dalam kemalangan jalan raya dan meninggal dunia.

3)Rahim Hanizam Bin Mohd Zin

Setelah seharian berjalan2 dengan niat belanja sahabat karibku..
Dalam perjalana pulang menaiki bas SUM ,sambil berbaring diatas ribaku dia menyatakan;''YUS..MALAM NIE AKU AKAN PERGI JAUH''KAU JANGAN IKUT....Tak disangka memang dia pergi jauh setelah dia terlibat dalam kemalangan dan menyababkan kematian pada malam itu.

4) Shahrul


Setelah seharian berjalan2 dengan niat menemani sahabat ini yang katanya nak melawat semua saudara saudaranya dan kakak angkat.
Sempat juga aku mamabawa pulang tembikai sebagai buah tangan yang diberikan oleh kakak angkatnya bi BERANANG ....Tak disangka itulah kali terakhir aku menemuinya setelah dia pergi jauh terlibat dalam kemalangan dan menyababkan kematian pada esok harinya.

5) Sariah Binti Jimun

Ini adalah EMBAH (Nenek) yang dulunya tempat aku bertanya akan cerita2 lama, sewaktu dia dalam keadaan sakit dia membisikan ke telinga ku ....YUS''TOLONG  EMBAH  YE.. ayat nie amat menyusuk apabila dikenang waktu itu.Pada esoknya EMBAH melepaskan nafas terakhir kini semua dalam kenangan.

6) Tarik lahir menyamai hari kematian kenalan.

6.1) 13 APRIL .... ( GURU AL QURAN )
6.2) 13 APRIL .... ( PAK CIK SEKAMPUNG )
6.4) 13 APRIL 2010 ( SAHABAT KARIB HCPM )
6.4) 13 APRIL 19.. ( BAPA HASRIZAL saifulislam.com)

al fatihah..

Wahai saudara saudaraku yang telah kembali kudoakan kalian senatiasa dirahmati ilahi diberi keampunan dan syafaat nabi kita MUHAMMAD SAW ,Dan aku akan menyusul suatu hari nanti... dan aku harapkan perkara ini akan senatiasa menjadi taulada dalam menjalani hidup seharian...ALHAMDULILLAH AKU SENANTIASA DIBERI PERINGATAN TENTANG KEMATIAN SECARA KHUSUS.
AMIN ALLAHUMA AMIN.