Wednesday, January 19, 2011

Solat Tanda Kasih Sayang Pecipta Pada Hambanya..

ImageAssalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh
حَمْدًا لِرَبٍّ خَصَّنَا بِمُحَمَّدٍ وَأَنْقَذَنَا مِنْ ظُلْمَةِ اْلجَهْلِ وَالدَّيَاجِرِ اَلْحَمْدُلِلَّهِ الَّذِيْ هَدَانَا بِعَبْدِهِ اْلمُخْتَارِ مَنْ دَعَانَا إِلَيْهِ بِاْلإِذْنِ وَقَدْ نَادَانَا لَبَّيْكَ يَا مَنْ دَلَّنَا وَحَدَانَا صَلَّى اللهُ وَسَلَّمَ وَبـَارَكَ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ اَلْحَمْدُلِلّهِ الَّذِي جَمَعَنَا فِي هَذَا الْمَجْمَعِ اْلكَرِيْمِ وَفِي هَذَا الشَّهْرِ اْلعَظِيْمِ وَفِي الْجَلْسَةِ الْعَظِيْمَةِ نَوَّرَ اللهُ قُلُوْبَنَا وَإِيَّاكُمْ بِنُوْرِ مَحَبَّةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَخِدْمَةِ اللهِ وَرَسُوْلِهِ وَاْلعَمَلِ بِشَرِيْعَةِ وَسُنَّةِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وآلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ.
Limpahan puji ke hadirat Allah subhanahu wata’ala Yang telah mengumpulkan kita di dalam tuntunan keluhuran, di dalam hujan rahmat Allah, di dalam limpahan anugerah yang terluhur yaitu seruan Allah subhanahu wata’ala yang kita datangi dan kita dengarkan, yang kita telah sehingga sampailah namaku dan nama kalian dalam keputusan Ilahi tertulis di malam ini sebagai tamu rahmat Allah subhanahu wata’ala, tamu pengampunan Allah, tamu keluhuran Allah, tamu yang disayangi dan dikasihani Allah. Ya Allah, pastikan semua dari kami di dalam kasih sayang-Mu, di dalam pengampunan-Mu, di dalam keluhuran-Mu di dunia dan akhirah. Limpahan puji ke hadirat Allah Yang Maha Luhur yang menyambungkan kita dengan guru-guru yang luhur menuju kepada pemimpin pembawa keluhuran, sayyidina Muhammad shallalahu ‘alahi wasallam, pembawa tuntunan keluhuran Ilahi, yang diwariskan dari zaman ke zaman, sehingga sampailah kita pada hadits luhur ini, dimana kita sama-sama menyambungkan sanad ijazah kepada Al Imam Muslim, yaitu salah seorang muhaddits terbesar yang kedua setelah Al Imam Al Bukhari. Maka sampailah kalimat ini dari guru ke guru hingga bersambung kepada Al Imam Muslim, yang meriwayatkan sanad selanjutnya dari para perawinya sampai kepada rasulullah shallallahu ‘aliahi wasallam. Hadits ini diriwayatkan di dalam Shahih Muslim dimana rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada Abu Dzar Al Ghifari Radiyallahu ‘anhum waardah :
أَلَا أُخْبِرُكَ بِأَحَبِّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَخْبِرْنِي بِأَحَبِّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ فَقَالَ إِنَّ أَحَبَّ الْكَلَامِ إِلَى اللَّهِ سُبْحَانَ اللَّهِ وَبِحَمْدِهِ
“Maukah aku beritahukan kepadamu ucapan yang paling dicintai oleh Allah?”. Maka aku katakan, “Wahai Rasulullah, beritahukanlah kepadaku ucapan yang paling dicintai Allah itu.” Beliau pun menjawab, “Sesungguhnya ucapan yang paling dicintai Allah adalah ‘Subhanallahi wa bihamdih .”

Semoga Allah menjauhkan kita dari musibah, menjauhkan kita dari perbuatan dosa dan menjadikan kita orang yang banyak bertasbih.

Hadirin hadirat, shalat adalah menghadapanya kita kepada Allah subhanahu wata’ala, sebagaiamana sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam riwayat Shahih Al Bukhari :
 إِنَّ أَحَدَكُمْ إِذَا قَامَ فِي صَلَاتِهِ فَإِنَّهُ يُنَاجِي رَبَّهُ
  “Sesungguhnya diantara kalian jika berdiri untuk melakukan shalat, sungguh ia sedang berbicara pada Tuhan Nya”
Maka ketika shalat terbukalah hijab antara kita dengan Allah, mulai dari kita bertakbiratul ihram dengan mengucapkan “ Allahu Akbar ” terbukalah hijab antara kita dengan Allah, tabir ruhiyyah antara kita dengan Allah dibuka, namun tabir jasad tidak dibuka tidak bisa kita melihat Allah dengan mata kita, kecuali sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, namun mata hati kita dipersilahkan untuk berhadapan dengan Allah, sebagaimana sabda rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam :
الإِحْسَانُ أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ
“ Ihsan yaitu engkau beribadah kepada AllAh seakan-akan engkau melihat-Nya, maka apabila belum bisa melihat-Nya (sadarilah) sesungguhnya Allah  melihatmu.”
Maka di saat takbiratul ihram rasakan dan sadari bahwa ada satu dzat Yang Maha Tunggal yang melihatmu, melihat fikiranmu dan sanubarimu yang terdalam, mengetahui apa yang akan terjadi padamu, dan mampu mengubah keadaan untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk di masa mendatang, maka kita sedang berhadapan dengan Allah saat melakukan shalat mulai dari takbiratul ihram sampai salam. Al Imam Hasan bin Ali bin Abi Thalib RA dan juga Al Imam Ali Zainal Abidin, saat berwudhu untuk melakukan shalat maka ia gemetar dan wajahnya menjadi pucat, dan ketika ditanya mengapa demikian? Maka dia menjawab : “taukah engkau aku akan berhadapan dengan siapa?, Rabbul ‘alamin. Demikianlah keagungan shalat, dimana di saat engkau membaca surat Al Fatihah dengan menghadirkan hati dan mendalami maknanya, maka Allah menjawabnya sebagaimana Allah berfirman di dalam hadits qudsy:
قَسَّمْتُ الصَّلاَةَ بَيْنِيْ وَبَيْنَ عَبْدِيْ نِصْفَيْنِ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ ، فَإِذَا قَالَ : اَلْحَمْدُ للهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ قَالَ اللهُ : حَمَدَنِيْ عَبْدِيْ فَإِذَا قَالَ : اَلرَّحْمنِ الرَّحِيْمِ ، قَالَ اللهُ : أَثْنَى عَليَّ عَبْدِيْ ، فَإِذَا قَالَ : مَالِكِ يَوْمِ الدِّيْنِ ، قَالَ الله : مَجَّدَنِيْ عَبْدِيْ ، فَإِذَا قَالَ : إِياَّكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ ، قاَلَ : هَذَا بَيْنْيِ وَبَيْنَ عَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ ماَ سَأَلَ ، فَإِذَا قاَلَ : إِهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيْمَ ، صِرَاطَ الَّذِيْنَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوْبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضّالِّيْنَ ، قَالَ اللهُ : هَذَا لِعَبْدِيْ وَلِعَبْدِيْ مَا سَأَلَ 
“Aku (Allah) telah membagi salat diantara Aku dan hambu-Ku menjadi separuh, dan hamba-Ku akan mendapat apa yang dia minta. Apabila hamba berkata: “Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Memelihara sekalian alam”, maka Allah mejawab : “hambaku telah memujiku”, apabila hamba berkata : “Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani”, Allah menjawab: “Hambaku telah memuliakan-Ku”, apabila hamba berkata : “Yang Menguasai hari Pembalasan (hari akhirat).” Maka Allah menjawab : “Hambaku telah mengagungkan Aku”, apabila hamba berkata : “ Hanya kepada Engkaulah (Ya Allah) kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami memohon pertolongan”, Allah menjawab : “Ini adalah diantara Aku dan hamba Ku, dan hambaKu kan mendapatkan apa yang dia minta”, apabila hamba berkata :''Tunjukilah kami jalan yang lurus yaitu jalan orang-orang yang Engkau telah karuniakan nikmat kepada mereka, bukan (jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai dan bukan pula (jalan) orang-orang yang sesat”, maka Allah menjawab : “Semua ini adalah untuk hamba ku, dan hamba ku akan mendapat apa yang dia minta".
Maka selesai shalat akan kau rasakan ketenangan yang membuatmu lebih lebih malas untuk berbuat dosa dan lebih senang berbuat ibadah, itulah makna dari kalimat :
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ، صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ
( الفاتحة : 6-7 )
“Tunjukkanlah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri ni'mat kepada mereka, bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat.” ( QS. Al Fatihah : 6-7 )
Dalami kedalaman maknanyadan rasakan kenikmatannya, dan setelah kau selesai shalat pun kenikmatanya akan kekal dan abadi, menuntun kita dari waktu ke waktu, dari satu shalat ke shalat berikutnya, kita akan semakin luhur, semakin indah dan semakin jauh dari musibah hingga kita berjumpa dengan dzat yang kita bersujud kepada-Nya, Allah subhanahu wata’ala. Demikian rahasia keluhuran yang disampaikan kepada kita dari guru kita, dari guru-gurunya sampai kepada imam para guru, guru dari semua guru sayyidina Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Tenangkan hatimu dengan kalimat tasbih, dengan membaca subhanallah wabihamdihi setiap harinya 100 kali maka hatimu akan merasa tenang, harimu akan lebih tenang dibanding hari yang engkau tidak membacanya, wajahmu akan lebih cerah daripada hari yang engkau tidak membacanya, perasaanmu lebih sejuk dibandingkan di hari yang engkau tidak membacanya. Begitu juga setiap selesai shalat membaca Subhanallah 33 x, Alhamdulillah 33 x, dan Allahu Akbar 33 x atau 34 kemudian diakhiri dengan bacaan Laailaaha illallah wahadahu laa syariika lah, lahu almulku wa huwa ‘alaa kulli syai-in qadiir, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang terdahulu, namun dengan mendalami maknanya, jangan beramal untuk kau mendapatkan balasan dari Allah, jadikanlah amalan kita untuk mencapai keridhaan-Nya, maka Allah akan memberikan apa yang kita inginkan sebelum kita memintanya. Allah Maha Mengetahui hajat kita di masa ini, esok dan yang akan datang. Dan Allah Maha Tau apa yang harus dijauhkan dari kita dan apa yang harus diberikan kepada kita, Allah subhanahu wata’ala yang akan memilihkan yang terbaik dan yang terindah untuk kita, Allah subhanahu wata’ala akan memberikan ketenangan dan kebahagiaan kepada kita, jika Allah akan memberi apa yang kita kehendaki sebelum kita meminta, terlebih lagi jika kita memintanya.
Hadirin hadirat yang dimuliakan Allah
Semakin hari semakin banyak manusia yang menjauh dari kebenaran, namun Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لاَ تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِيْ ظَاهِرِيْنَ عَلَى الْحَقِّ لاَ يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
“Terus menerus ada sekelompok dari ummatku yang mereka tetap nampak di atas kebenaran, tidak membahayakan mereka orang mencerca mereka sampai datang ketentuan Allah (hari kiamat) dan mereka dalam keadaan seperti itu.”
Kebenaran yang harus kita cari, teliti guru-gurumu, carilah guru-guru yang mempunyai sanad dan mengikuti guru-gurunya, bukan berarti guru yang tidak mempunyai sanad keguruan maka kita tidak boleh berguru kepadanya, namun harus kita lihat apakah bertentangan dengan guru-guru besar yang lainnya, jika bertentangan maka kita cari guru yang lain. Jika seandainya ada guru yang tidak diketahui sanad keguruannya namun yang diajarkan sama dengan guru-guru yang lain maka hal seperti itu tidak apa-apa berguru kepada seseorang yang tidak diketahui sanad keguruannya. Dijelaskan dalam Fathul Bari bisyarh Shahih Al Bukhari ada sebuah Atsar sahabat bahwa Ummat tidak akan bersatu dalam kesesatan , pasti ada para ulama’ yang membawa pada kebenaran.